Selasa, 03 Oktober 2017

Referensi Ke Gunungkidul dari Bandung



Setelah beraktifitas selama 1 minggu, pastinya kita ingin sesekali menghabiskan waktu sekedar bersenang-senang, beristirahat atau bahkan liburan!

Rekomendasi saya bersama calon suami, coba teman-teman pergi ke Gunungkidul. Kenapa Gunungkidul ?
Salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta yang penduduknya terbilang masih rendah, tidak padat seperti kabupaten/kota lainnya.

Sebagian besar wilayahnya memang berupa perbukitan dan pegunungan kapur. Alhasil daerahnya tandus dan gersang. Potensi wisata, budaya, kuliner, dan sejarah yang masih kuat cocok sebagai destinasi wisata kita selanjutnya.

Kali ini saya mau berbagi catatan perjalanan saya bersama calon suami dan teman-teman lain pada tahun 2015 lalu. Pada saat itu kami belum banyak menemukan papan-papan nama pantai atau spot untuk foto yang sengaja dibuat warga seperti sekarang.

Pada saat itu kami dapat menjelajahi 21 pantai dalam 4 hari. Dari mulai Pantai Pok Tunggal dan berakhir di Pantai Baron. Kenapa bisa banyak gitu ? Pantai di Gunungkidul berdekatan, tidak seperti pantai di Jawa Barat yang berjauhan.

Bagaimana sampai kesana pakai kendaraan umum ?
Pertama-tama kita harus membeli tiket kereta tujuan Yogyakarta. Boleh turun di Stasiun Tugu atau Stasiun Lempuyangan. Bisa beli di minimarket/agen/situs tiket & hotel/langsung ke stasiun. Sesuaikan tanggal nya dan sekaligus beli lah tiket pulangnya.

Perjalanan kami dimulai menggunakan kereta Kahuripan pada hari Kamis, 22 Oktober 2015 dari Stasiun Kiaracondong pukul 20.00 wib menuju Stasiun Lempuyangan pukul 04.42 wib pada hari Jum'at 23 Oktober 2015. Pada saat itu tiket 1x jalan /orang Rp 90.000 ,-

Setibanya kami di Stasiun Lempuyangan kami bergegas ke air segera keluar dari stasiun menuju halte trans jogja terdekat. Bisa jalan kaki ikutin maps, atau naik becak bayar Rp 5000. Di halte kita harus menunggu kedatangan bisnya dan pada saat itu waktu menunjukan 05.17 wib. Tidak lama kemudian bis pun datang dan kami naik menuju Terminal Giwangan, masih sepi penumpangnya hanya ada kami. Pukul 05.58 kami sudah berada di dalam bis jurusan Giwangan-Wonosari.

Bis yang membawa kami dari Terminal Giwangan-Terminal Wonosari Tiketnya Rp 16.000/orang

Selagi bis melaju kami tertidur, sempat terlewat tempat wisata seperti Goa Pindul, Air Terjun Sri Gethuk, Bukit Bintang, Gunung Api Purba Nglanggeran dll. Pukul 07.36 kami sudah turun di terminal Wonosari, kami rehat sejenak di Musholla terminal untuk ke air. Dari terminal bisa melanjutkan perjalanan menggunakan minibus/elf tujuan Pantai Baron (satu-satunya trayek) dengan membayar Rp 20.000/orang.

Suasana pagi di Terminal Wonosari
Kami mendapat tawaran untuk menggunakan jasa pak ojek seharga Rp 70.000/orang untuk sampai ke pantai yang kami inginkan, dan kami ambil untuk menuju Pantai Pulang Sawal/Pantai Indrayanti. Masuk ke kawasan Pantai harus membayar tiket Rp 10.000/orang untuk 1x masuk (semua pantai) tapi karena kami datang terlalu pagi, pos tiket masih tutup dan kami diizinkan lewat si bapak penjaga :D

View dari Bukit Karang Psntai Indrayanti, hati-hati naik kesini.
Sesampainya di Pantai Indrayanti kami mencari bukit untuk sekedar rebahan. Pukul 08.58 kami sudah bisa foto diatas Bukit Karang Gunungkidul dan makan, dengan membayar biaya tiket masuk Rp 2.000/orang dan menghabiskan waktu hingga pukul 10.56 wib untuk turun dan mencari Masjid. Suasana di Pantai Indrayanti didominasi karang, sehingga ombak yang sampai ke bibir pantai tenang bahkan tidak ada. Banyak warung penjual makanan dan beberapa penginapan, sampai yang menyewakan payung pantai pun ada. Setelah selesai dari Masjid, kami lanjutkan perjalanan keluar dari Pantai Indrayanti.

Keluar dari Indrayanti kami akan melanjutkan tujuan ke Pantai Sundak tepat disebelahnya,cuma kehalang Bukit Karang Watusamudra (dulu tidak ada namanya). Tepat di seberang jalan kami melihat ada peta, setelah melihat peta ternyata berjalan ke belakang(timur) kita bisa sampai ke Pantai Pok Tunggal. Calon suamiku pengen banget kesana, hasil rundingan kita sepakat menuju ke Pantai Pok Tunggal. Sebelum sampai di Pok Tunggal kita melewati Pantai Trenggole dan Pantai yang tidak ada Papan namanya. Pantai Trenggole masih terbilang sepi hanya sedikit warung buka dan rumah yang menyediakan kamar inap, wahana outbound juga tersedia disini.

Pantai yang tak bernama itu kami sebut Pantai Premata tentunya ada kisah dibalik nama yang diberikan. Sekarang pantai itu sudah bernama, Pantai Watulawang. Namanya mungkin diambil batu yang terdapat pada pantai ini seperti membentuk lawang/jalan. Kami sebelumnya tidak menyadari indahnya pantai ini, setelah calon suami berjalan mendekati bibir bukit karang dan melihat kebawah ternyata ada hamparan pasir putih.

Kaya tempat shooting ftv ya :D
Kamipun segera balik ke arah datang dan langsung turun ke bawah. Terdapat warung di bukit karang tersebut namun tutup, turun kebawah ternyata pantainya sempit. Diapit batu karang dikiri dan saung di bukit karang sebelah kanan,meskipun sempit pantai ini membuat kami jatuh cinta, seperti private place!

Kawasan Pantai Watulawang
Sempit ya ?
Berjalan mendekati batu karang dikiri, ada jalan kecil seperti gerbang untuk berjalan keluar pantai. Dan disanalah awal kami menemukan surga. Pasir putih sepanjang pantai yang luas dan warung-warung yang berdiri diatas bukit karang, benar-benar serasa menemukan surga!

Seperti sempit tapi kita bisa lewat kok.
Nah mulai kelihatan kan.

Saya dan calon suami pun sampai membuat video berjalan menyusuri pantai. Langkah kakipun hanya langkah kaki kita, karena sepi sekali tempatnya. Pantai seindah ini sepi ?

Setelah membuat video, diujung kami ambil foto ini. Bukit itu, nah kita keluar dari sana.
Diujung Pantai Premata kami hanya dapat melanjutkan perjalanan melewati bukit karang dan harus berhati-hati melewatinya,juga sudah dibangun saung-saung yang menghadap langsung ke laut lepas. Ini juga spot yang tidak dapat diungkapkan indahnya, yang pasti betah banget disini. Tiap saung dibanderol Rp 20.000 sepuasnya, meskipun awalnya tidak ada pemilik saung tapi beliau bisa tiba-tiba muncul dan menagih uang hahahaa padahal tadi tidak ada orang :D



Dibalik bukit karang inilah Pantai Pok Tunggal, menurut saya ini pantai ujung karena setelah naik ke bukit diujung timur hanya ada bukit dan kebun warga tidak ada lagi pantai. Meskipun kami berjalan kaki dari Pantai Indrayanti, ada juga jalan untuk membawa kendaraan bahkan roda empat hanya saja harus keluar dulu ke Jl. Pantai Sel. Jawa dan ambil arah menuju Pok Tunggal. Untuk langsung dari Indrayanti hanya dapat berjalan kaki, karena motor tidak dapat melewati karang :D

Icon Pantai Pok Tunggal ini adalah pohon yang tumbuh condong ke kanan dan terdapat banyak payung-payung sewaan. Pohonnya lebih mirip cover album band payung teduh. Sayangnya ketika kami sampai disana pohon itu tidak ada, entah mengering entah ditebang.

Pukul 13.07 kami sudah bisa tiduran dibalik karang beralas flysheet yang membuat teduh di Pantai Pok Tunggal, masih hari Jum'at ya. Pukul 16.32 kami kembali dan memutuskan membuat tenda di Pantai Premata, kami berinisiatif mencari penjaga warung ataupun warga sekedar meminta izin tapi tidak ada. Alhasil pukul 17.54 kami sudah bisa masak. Sebetulnya jika warung-warung buka kita bisa ke wc umum, warung, ataupun ikut menginap tapi hari Jum'at itu semua tutup.

Ternyata pada hari itu sedang berlangsung acara yang mengharuskan seluruh warga ikut serta (saya lupa ini acara apa). Di tengah malam pukul 00.00 Sabtu, 24 Oktober 2015 saya dibangunkan dan diajak keluar tenda untuk diberi ucapan selamat karena hari itu saya berulangtahun. Pukul 01.00 kamipun tidur kembali. Ada senter dan orang yang berusaha mendekati tenda kami, karena kami sudah diperingati bapak ojek untuk berhati-hati dan diberitahu bahwa ojek hanya beroperasi sampai jam 16.00 dikarenakan sepanjang jalan sering ada begal. Dengan keadaan pantai yang sepi tiba-tiba tengah malam ada orang yang datang mendekati tenda, kami merasa takut tapi tidak ada yang berani keluar tenda.

Keesokan paginya warung sudah ada yang buka dan terlihat juga tenda milik orang lain, mungkin itulah yang berusaha mendekati tenda kami. Pukul 06.45 kami sudah sarapan dan membeli beberapa bekal dari warung, selanjutnya kami masak untuk makan siang dan ganti baju. Karena keasyikan menikmati suasana pantai, kami baru packing pukul 2 siang :D

Selesai packing kami berjalan kembali ke Pantai Indrayanti dan langsung masuk ke Pantai Sundak, sudah mulai rame banyak orang kamipun hanya singgah untuk berfoto dan melanjutkan ke pantai berikutnya. Pantai yang kami lewati diantaranya :
- Pantai Ngandong
- Pantai Sadranan
- Pantai Slili
- Pantai Krakal
- Pantai Tanpa nama 1
- Pantai Tanpa nama 2
- Pantai Ngrumput
- Pantai Tanpa nama 3
- Pantai Drini

Romantisme di atas Bukit Karang Krakal Beach :D

Seingat saya di Pantai Krakal calon suami mengajak naik ke bukit karang dan menikmati matahari terbenam, walau masih pukul 16.26 tapi langit sudah berwarna orange. Disanalah beliau mengutarakan tujuannya bersama saya untuk menuju jenjang lebih serius, dengan perasaan bahagia kami turun dan melanjutkan perjalanan sampai kami tiba di Pantai Drini tepat Maghrib tiba, kamipun memutuskan membangun tenda disana dan memesan seafood di warung. Pukul 18.32 kami sudah bisa makan seafood yang kami pesan, 2 piring nasi+ 2 gelas teh, 1 buah kelapa muda, 1 porsi cumi asam manis, 1 porsi udang goreng tepung, lengkap sambal dan lalap hanya menghabiskan Rp 70.000 saja. Kamipun ikut charge powerbank dan memberikan uang kepada ibu warung yang menginap.

Landscape pagi di Pantai Drini

Di Pantai Drini ini juga ada Puncak Kosakora tempat favorit untuk mendirikan tenda. Meskipun pelabuhan dan banyak warung juga penginapan, dengan keadaan malam minggu pantai ini sepi. Kami membangun tenda disebelah jejeran kapal nelayan, pagi pukul 04.32 kapal nelayan sudah tidak parkir lagi dan berada dilaut. Pukul 05.36 kami bergegas packing karena ini hari terakhir kami di pantai dan harus segera ke Yogyakarta. Kami segera keluar dari pantai dan melanjutkan perjalanan. Pukul 06.32 kami sarapan di Pantai di Watu Kodok sambil mencari keong laut.

Keluar dari Pantai Watu Kodok kami segera melanjutkan perjalanan beberapa pantai kami lewati namun kami hanya mampir berfoto seperti hari kemarin. Pantai yang kami lewati diantaranya Pantai Tanpa nama 4, Pantai Sepanjang, Pantai Tanpa nama 5. Di pantai tanpa nama 5 ini kami menelepon bapak ojek kemarin untuk menjemput, kami lihat sudah pukul 08.30 sambil menunggu jemputan kami ke wc umum untuk mandi, karena menunggu lama kami kembali ke Pantai Sepanjang. Masih nunggu lama juga kami keluar ke Jl Pantai Sel. Jawa dan menyusuri jalan melewati 2 Pantai tanpa nama lagi dan Pantai Kukup sampai akhirnya kami tiba di Pantai Baron pukul 11.00 :'(

Kami ambil tiket kereta Hari Minggu, 25 Oktober 2015 pukul 14.00 untuk pulang sedangkan pukul 11.00 masih menunggu ojek yang belum datang, sebetulnya ada elf yang bisa digunakan namun ketika kami tiba elf sudah jalan dan belum ada yang kembali. Perjalanan menggunakan bis dari Wonosari ke Giwangan 2 jam dari Giwangan ke Stasiun Lempuyangan bisa 1 jam, kamipun segera mencari cara pulang ke Bandung karena kami rasa akan ketinggalan kereta. Sambil menunggu cara kembali dengan pesawat ataupun travel supaya sampai sebelum senin, karena senin semua harus kembali bekerja dan beraktifitas. Tibalah ojek pesanan pukul 12.30 :(

Dengan kami meminta bapak ojek mengantarkan kami ke Stasiun Lempuyangan langsung bapak ojek menawarkan biaya Rp 140.000/orang kamipun setuju demi mengejar waktu. Bapak ojek membawa kami melalui jalan kampung yang katanya jalan pintas, dan benar saja lebih cepat serta keluar langsung Jalan Raya Gunungkidul. Sesampainya di Kota Yogyakarta di lampu merah, kami kehilangan 1 motor yang membawa calon suami setelah ditelepon ternyata bannya bocor :'(
Sudah pukul 13.30 menunggu 15 menit belum kunjung tiba. Pukul 13.50 tibalah motor yang bocor dan kamipun ngebut tidak karuan menuju Stasiun.

Ketika ojeknya berusaha masuk ke dalam Stasiun kami sudah mendengar pemberitahuan bahwa kereta kami akan segera berangkat. Ketika kami turun dan membayar kami ojek berlari menghampiri petugas dan para penumpang lain memberi kami jalan walau kami menyenggol mereka dengan tas besar kami karena sudah ketinggalan. Petugas yang memeriksa tiket pun ikut menunjukkan wajah kesalnya namun tidak kami pedulikan. Tiket dan KTP semua dipegang calon suami dan dia berada paling belakang, setelah dia naik kereta pintu gerbong langsung ditutup dan kereta pun berjalan sebelum kami selesai mengatur nafas.

Pelukan kami begitu erat mengingat perjuangan untuk pulang tepat waktu sambil menyeka air mata. Kereta melaju diiringi kami yang menyusuri gerbong 8 untuk terus sampai ke gerbong 1. Sesampainya di tempat duduk, tidak ada suara dan kami hanya bersandar pada kursi sambil melihat keluar jendela.Setelah lama akhirnya kami saling menengok dan saling mengajak makan dan beristirahat sampai kami turun di Stasiun Kiaracondong pukul 23.05 wib.

Sepulang dari Yogyakarta saya akhirnya menjalani hari bersama calon suami saya dan mempersiapkan pernikahan kami. Dan kami akhirnya menikah pada hari Minggu, 23 April 2017 di kediaman orangtua saya. Pada hari Senin 24 April 2017 pukul 05.35 wib kami kembali meninggalkan Stasiun Kiaracondong menuju Stasiun Lempuyangan untuk kembali berbulan madu di Kota Yogyakarta. Di kesempatan selanjutnya akan saya bagikan ceritanya. Untuk sekarang karena sudah menjadi seorang istri, saya harus menyiapkan makan dan merapikan diri karena suami sebentar lagi pulang bekerja.

Terimakasih sudah mau membaca cerita saya yang sangat panjang dan terlalu detail hehheehe :D
Semoga kita dapat pergi bersama pada trip selanjutnya. Sehat selalu untuk kita semua. Salam Riqi Trip.

Follow instagram @viqizaini & @rismanseptiansyah23

Tidak ada komentar:

Posting Komentar